4 Tali Keimanan Part 4

 
 
Empat Tali Keimanan
Kita hidup di dunia ini diberi sesuatu yang sangat pol oleh Allah, yaitu hidayah. Hendaknya kita sadar, paham, dan mengerti bahwa ini adalah peparing Allah yang hanya diberikan untuk hamba-Nya yang dicintai saja. Berdasarkan dalil di bawah ini:
وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ *رواه احمد
Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla memberikan kenikmatan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai, dan tidak memberikan nikmat agama kecuali kepada orang yang Dia cintai, maka barang siapa yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepadanya nikmat agama  sungguh  Allah subhanahu wata’ala telah mencintainya.
Maka supaya kita supaya selalu menjaga hidayah ini hingga tutug pol ajal patinya masing-masing. Supaya tidak lepas dari diri kita, hidayah ini perlu kita ramut dan kita ikat dengan 4 (empat) tali keimanan, yaitu bersyukur, mengagungkan, mempersungguh, dan berdoa. Adapun penjelasan lebih rinci sebagai berikut.
1. Bersyukur
Yang dimaksud syukur adalah mensyukuri pemberian Allah yang berupa hidayah/ Quran Hadis Jamaah. Adapun syukur dengan ucapan adalah menyebutkan kalimat  الحمد لله berdasarkan dalil:
الْحَمْدُ رَأْسُ الشُّكْرِ مَا شَكَرَ اللهَ عَبْدٌ لاَ يَحْمِدُهُ *رواه البيهقى
“Memuji itu polnya syukur, tidak bersyukur pada Allah hamba yang tidak memujinya.
الْحَمْدُ عَلَى النِّعْمَةِ اَمَانٌ لِزَوَالِهَا *رواه الديلمى
“Memuji atas nikmat mengamankan hilangnya nikmat.
Bersyukur dengan perbuatan adalah selalu menertibkan dan meningkatkan kewajiban-kewajiban ibadah (mentaati peraturan-peraturan Allah, Rosul, dan peraturan-peraturan dalam jamaah) dengan hati ridho sak dermo karena Allah dan riang gembira. Sebagaimana teladan dari Rosululloh SAW, walaupun beliau sudah diampuni dosa-dosanya tetapi beliau terus meningkatkan ibadahnya kepada Allah, meningkatkan sholat malamnya sampai kedua tumit dan telapak kakinya pecah, ketika ditanyai oleh Aisyah beliau menjawab:
اَفَلاَ اَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا *رواه البخارى
“Bukankah aku ini hamba yang bersyukur?”
Kita wajib bersyukur kepada Allah sebab dengan bersyukur itu Allah menambah nikmat-Nya, Allah ridho, Allah akan membalas dengan surga, dan Allah tidak menyiksa. Sebaliknya, kalau kita tidak bersyukur berarti kufur, Allah murka, Allah akan mencabut nikmat-Nya dan menyiksa (memasukkan ke dalam neraka). Berdasarkan firman Allah:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ *سورة ابراهيم ٧
اِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهِ اْلكُفْرِ وَاِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ … الأية *سورة الزّمر ٧
مَا يَفْعَلُ اللهَ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا *سورة النساء ١٤٧
2. Mengagungkan
Yang dimaksud mengagungkan adalah mengagungkan hidayah Allah (Quran Hadis Jamaah). Berarti urusan agama harus lebih diutamakan, lebih dipolkan, dinomor satukan, didahulukan daripada kepentingan-kepentingan yang lain. Urusan Quran Hadis tidak dihina, tidak diremehkan, tidak dijatuhkan, tidak dilalaikan tidak dinomor duakan. Berdasarkan sabda Rosululloh SAW:
عَنْ اَنَسِ بْنُ مَالَكٍ قاَلَ قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُونَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ ، وَوَالَدِهِ ، وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ *رواه مسلم فى كتاب الإيمان
“Dari Anas bin malik berkata Nabi Bersabda: Kalian tidak dikatakan iman sehingga kalian lebih mencintai aku Nabi mengalahkan mncintai anak, orang tua, dan semua menusia .
Adapun praktek mengagungkan Quran Hadis Jamaah adalah dengan mengerjakan perintah Allah, menjauhi larangan agama dengan hati ridho, sakdermo, senang, longgar, merasa ringan/ tidak merasa berat dan tetap karena Allah.
Mengagungkan Quran Hadis Jamaah berarti mengagungkan syairulloh dan mengagungkan semua yang diagungkan oleh Allah yang di dalamnya termasuk:
1) Quran dan Hadis (mengagungkan, mengepolkan hukum-hukum/ peraturan-peraturan dalam Quran Hadis dan Mushafnya. Kitabnya supaya diramut yang baik, diberi sampul yang baik, ditempatkan di tempat layak dan ditempakan di tempat yang lebih tinggi.
2)  Mengagungkan syairulloh yang berupa masjid dan tempat-tempat ibadah (supaya dijaga kesuciannya, kerapiannya dan selalu digunakan untuk beribadah seperti: sholat berjamaah, membaca Al Quran, untuk iktikaf dll).
3) Mengagungkan syairulloh berupa para imam, pengurus, orang yang diberi dapukan dalam jamaah. Bisa menerima semua ijtidad-ijtihad yang tidak maksiat dengan hati ridho dan mentaati dengan hati niat mukhlis lillah karena Allah, bisa menjaga kewibawaan imam, pengurus, tidak merusak, tidak menghina, tidak meremehkan. Berdasarkan sabda Rosululloh SAW:
السُّلْطَانُ ظِلُّ الله فى اْلأَرْضِ فَمَنْ اَكْرَمَهُ اَكْرَمَهُ اللهُ وَمَنْ اَهَانَهُ اَهَانَهُ اللهُ *رواه الطبرانى
“Barang siapa yang memuliakan Imam, maka Allah akan memuliakan padanya, dan barang siapa yang menghinakan/meremehkan Imam maka Allah akan menghinakan padanya.
حَامِلُ الْقُرْاَنِ حَامِلُ رَايَةَ اْلإِسْلاَمِ مَنْ اَكْرَمَهُ فَقَدْ اَكْرَمَهُ اللهُ وَمَنْ اَهَانَهُ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ *رواه الديلمى
“Pembawa Alquran (mubaligh, mubalighot) itu pembawa bendera agama islam. Barang siapa yang memulakannya berarti dia telah memuliakan Allah dan barang siapa yang menghinanya maka dia akan mendapatkan laknat Allah.
Adapun hasilnya mengagungkan kepada yang berhak dita’dzimi adalah menambah ketaqwaan dan mati sewaktu-waktu masuk ke dalam surga selamat dari neraka. Allah berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرُ اللهَ فَإِنَّهَا مِنْ تَقَوَى الْقُلُوْبِ *سورة الحج ٣٢
“Barang siapa yang mengagungkan syair-syair Allah maka itu termasuk taqwanya hati.”
3. Memerlukan dan mempersungguh
Yang dimaksud memerlukan dan mempersungguh adalah berusaha mengamalkan Quran Hadis Jamaah sampai berhasil (terlaksana/ kelakon) secara lahir batin.
Ø Umpama tidak sempat, ya disempat-sempatkan
Ø Umpama tidak kuat, ya di kuat-kuatkan
Ø Umpama tidak bisa, ya dibisa-bisakan
Ø Umpama tidak faham, ya difaham-fahamkan
Ø Umpama tidak mantap, ya dimantap-mantapkan
Ø Umpama tidak mau, ya dimau-maukan
Ø Umpama tidak masuk, ya dimasuk-masukkan . sehingga bisa kelakon.
Contoh :
Ø Seharian penuh bekerja, badannya capek, tetapi masih memerlukan datang ke tempat pengajian, tidak mengantuk, ngobrol, ngelamun.
Ø Pada waktu 1/3 malam yang akhir memerlukan untuk sholat malam, doa malam.
Ø Ketika mendapatkan rizqi, memerlukan tuk infaq sodaqoh.
Di zaman akhir ini pelanggaran dan kemaksiatan sudah meraja lela dimana mana. Namun, kita sebagai orang iman harus memerlukan menghindari pelanggaran dan kemaksiatan tersebut.
Hasilnya jika kita memerlukan dan mempersungguh di dalam menetapi kewajiban ibadah adalah Allah akan memberikan pertolongan, memberikan kemudahan, memberikan barokah sehingga kita tetap dalam keimanan, bahkan semakin lama semakin mantap, semakin yakin, semakin tertib, semakin senang, hidupnya penuh barokah sampai khusnul khotimah, akhirnya masuk surga selamat dari neraka. Berdasarkan dalil:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوا فِيْناَ لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا *سورة العنكبوت ٦٩
“Dan barang siapa yg mempersungguh di jalan-Ku (Allah) niscaya akan Aku tunjukkan jalannya.
يَابْنَ اَدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي اَمْلأْ صَدْرَكَ غِنَى وَاَسَدَّ فَقْرَكَ وَاِنْ لمَ ْتَفْعَلْ مَلأْتُ صَدْرَكَ شُغْلاً وَلَمْ اَسُدَّ فَقْرَكَ *رواه ابن ماجه
Wahai anak Adam sempatkanlah (perlukanlah) ibadah kepadaku (Allah) maka aku akan memenuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku akan menutup kefakiranmu, dan kalau kamu tidak mengerjakannya maka Aku (Allah) akan memenuhi hatimu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.
Kalau kita tidak memerlukan dan mempersungguh dalam menetapi kewajiban beribadah, malas, sembrono, gampang mbledong maka Allah akan semakin menyimpangkan, menambah malasnya, tambah sembrono hingga keimanannya dan hidayahnya dicabut oleh Allah yang akhirnya bisa murtad, hidupnya tidak barokah  سوء الخاتمة akhirnya mati masuk neraka. Na’udzubillahi min syarri dzaliik. Allah berfirman dalam Al Quran:
فَلَمَّا زَاغُوا اَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ وَاللهُ لاَ يَهْدِي اْلقَوْمَ الفَاسِقِيْنَ *سورة الصف
Barang siapa yang menyimpang, maka Allah akan simpangkan sekalian hatinya dan Allah tidak memberi petunjuk kaum yang fasik.
4. Berdoa
Yang dimaksud berdoa adalah memohon kepada Allah agar kita ditetapkan dalam keimanan sampai ajal pati kita masing-masing dan mati sewaktu-waktu berhasil masuk surga selamat dari neraka. Berdasarkan sabda Rosululloh SAW :
إِنَّهُ لَيْسَ اَدَمِيٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أَصَبِعَيْنِ مِنْ اَصَابِعِ اللهِ فَمَنْ شَاءَ اَقَامَ وَمَنْ شَاءَ اَزَاغَ *رواه الترمذى
“Tidak ada seorang pun dari anak cucu adam kecuali hatinya ada diantara dua jari dari beberapa jari Allah, maka barang siapa yang dikehendaki Allah, maka Allah akan menetapkan hatinya dalam keimanan, dan barang siapa yang dikehendaki Allah, maka Allah akan menyimpangkan hatinya dari keimanan.
Perlu disadari bahwa keimanan itu kadang di atas dan kadang di bawah. Bertambahnya keimanan ditandai dengan adanya ketaatan dan ketertiban ibadahnya, dan kurangnya keimanan ditandai dengan adanya pelanggaran-pelanggaran, kemaksiatan akhirnya Allah menyimpangkan hatinya sehingga keluar dari keimanan, mati sewaktu-waktu masuk neraka. Maka kita supaya selalu berdoa kepada Allah dengan doa minta ditetapkan dalam keimanan, seperti:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْناَ عَلىَ اْلقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ *سورة البقرة ٢٥٠
يَا مُقَلِّبَ اْلقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ *رواه الترمذى
Dan supaya dipahami bahwa Allah berjanji akan mengabulkan doa orang iman. Dan berdoa itu merupakan kewajiban ibadah yang harus diamalkan, berdasarkan firman Allah:
وَقَالَ رَبُّكُمْ اُدْعُونِي اَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ *سورة الغافر ٦٠
“Dan tuhanmu telah berfiman : kalian berdoalah kepadaku pasti akan aku kabulkan doamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari ibadah kepadaku (orang-orang yang tidak mau berdoa) mereka akan masuk ke dalam neraka jahanam keadaan hina.
إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ *رواه البخارى
“Sesungguhnya berdoa itu adalah ibadah
ادْعُوا اللهَ وَاَنْتُمْ مُوْقِنُونَ بِا لْأِجَابَةِ وَاعْلَمُوا اَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ *رواه الترمذى
“Kalian berdoalah kepada allah dengan keyakinan bahwa doa kalian dikabulan, dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lupa lagi lahan (tidak yakin/tidak khusyu’).”
Dan supaya dipahami bahwa cara Allah mengabulkan doa itu ada tiga yaitu:
1)   Allah langsung memberi apa yang diminta,
2)   Allah menyimpan / menunda apa yang diminta dan memberikannya nanti di akhirat,
3)   Allah mengganti dengan yang lain yang lebih baik.
Sumber: https://widhwidh.wordpress.com/2014/09/20/4-tali-keimanan/

Terima kasih sudah berkomentar