4 Tali Keimanan Part 3

Assalamu’alaikum wr. Wb.
Alhamdullilahirobil alamin alhamdullilahiladi hada nalihada wama kuna linahtadia laula anhadanalloh lakod’ja adrosuluhu bina bilhako, wanudu antil kumuljanatu uristumuha bima kuntum takmalun, ashadu ala ila haillaloh wa ashadu ana muhammadan abekduhu warosuluh solallohu alaihi wasalam wa ala alihi wa ashabihi ama bakdek.
Yang pertama dan yang paling utama, dalam kesempatan yang Barokah ini marilah kita bersyukur atas nikmat Alloh yang diberikan kepada kita semua. Alloh sungguh sangat bermurah hati telah memberikan kenikmatan yang luar biasa yang selalu dicurahkan kepada kita selaku orang Jama’ah.
Dan kita selaku manusia tak akan pernah bisa menghitung nikmat yang telah diberikan oleh Alloh SWT, meskipun kita berusaha menghitung setiap nikmat yang diberi oleh Alloh dengan menggunakan rumus-rumus jenius seperti rumus matematika, Fisika, ataupun Kimia sekalipun. Karena nikmat dari Alloh itu tiada terhitung banyaknyadan tak terhitung jumlahnya. Tidak bisa dinominalkan di dunia ini. Sebagaimana Alloh telah berfirman..
Waintaudduu ni’matallahi laa tuhsuuhaa. (dan niscaya jika menghitung nikmatnya Alloh tidak akan mampu)
Maka dari itu selalu diingatkan supaya bersyukur, karena nikmat Alloh yang diberikan pada kita ini sangat luar biasa, terus menerus diberikan kepasa kita sejak kita lahir. Adapun nikmat yang paling pol yang tidak ada bandingannya dengan nikmat apapun di dunia ini yaitu kita hidup sekali di dunia ini diberi Hidayah berupa agama islam yang berpedoman pada Alquran dan Alhadits dan dilaksanakan secara berjamaah.
Dan dalam diri kita, juga harus tertanam kuat dan kokoh bahwa Hidayah itu adalah nikmat yang luar biasa yang tidak diberikan kepada setiap orang di dunia ini. Dengan demikian kita akan selalu sadar bahwa sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakan nikmat yang telah diberikan oleh Alloh tersebut, yaitu berupa hidayah. Dan perlu kita sadari bahwa hidayah hanya diberikan kepada orang-orang yang dicintai dan disayangi Alloh saja. Sungguh bersukur kita selaku orang Jama’ah, selalu mendapatkan curahan nikmat berupa hidayah.
Saudara Jam’ah sekalian, jika kita membuka kembali kisah bagaimana paman dari nabi besar kita Muhammada SAW, yang mana paman nabi itu sesungguhnya meyakini bahwa yang disampaikan oleh nabi Muhammada adalah barang hak/benar dan beliau juga meyakini bahwa Muhammad adalah Utusan Alloh. Selain itu beliau juga turut membantu, mendukung, berkorban, bukan hanya hartanya tapi juga nyawanyapun dikorbankan untuk mendukung Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Nabi Muhammada sangat menharapkan keimanan pamannya, tapi sampai akhir hayatnya ternyata tidak diberi Hidayah oleh Alloh. Di dalam hatinya paman nabi ingin mengucapkan Tauhid ‘laailla haillahoh‘ tapi cobaan berat apa lagi teman-temannya dan tokoh-tokoh orang Musyik juga ada di situ, mempengaruhi dengan ucapan : Wahai Abu Tholib, apakah kamu sudah lupa dengan kita-kita? Apakah kamu sudah lupa dengan nenek moyang kita?
Akhirnya beliau paman nabi menjawab : Al aruasyaddu minannaar. Yang artinya malu lebih berat baiku dari pada neraka.
Demikian itu jika dikembalikan kepada Alloh, berarti Alloh tidak memberikan Hidayah pada paman nabi, padahal paman nabi itu telah rela berkorban demi membela Nabi Mohammada SAW. Subbhanalloh, sungguh sangat disayangkan.
Alahamdulillah kita ini termasuk orang yang diqodar mendapat Hidayah, untuk itu kita ucapkan syukur kepada Alloh dengan ucapan syukur Allahdulillah hirobbil alamiin, kepada para perantara agama disyukuri Alhamdulillahi jaza ahumullohu khoiroh, atas ketoatan para Jamaah sekalian disyukuri Alhamdulillahi jaza kumullohu khoiroh.
Saudara Jamaah sekalian, keimanan atau Hidayah ini supaya kita jaga betul-betul, jangan samapai lepas dari diri kita. Allhamdulillah kita sudah diberi resep 4 tali keimanan, Insya Alloh kita akan tetap dalam diri kita samapai mati, akan selalu dijaga ioleh Alloh.
Adapun yang pertama yaitu bersyukur. Laingsakartum ladzidannakum laingkafartum inna ada bilasyadide. Yang artinya jika kalian bersyukur niscaya aku akan menambah nikmat pada kalian, dan jika kalian kufur siksaku sangat pedih.
Sudah sangat jelas kandungan dalil tersebut.
Jika kita mendapat nikamat kita supaya mensyukuri atas nikmat tersebut, misalnya kita diberi nikamat sehat kita itu harus mensyukuri, karena dengan kita mendapat nikmat sehat dan mau mensyukuri maka Alloh akan menambah menambah kesehatannya.  Kemudian pada saat kita mendapatkan rezeki, wakaupun kita mendapat rezeki yang sedikit tapi kok mensyukuri, maka Alloh akan menambahnya yang lebih banyak.
Jadi dengan bersyukur, kita akan terhindar dari sifat kufur. Dan apabila kita terhindar dari sifat kufur maka tentu saja kita akan terhindar dari siksa kubur. Jika saudara Jama’ah sekalian ditanya, ‘Apakah kalian mau mendapatkan siksa kubur?‘ tentu saja saudara jamaah sekalian tidak akan mau.
Seperti halnya orang jamaah asal di Inggris, apabila ditanya demikian pasti merekan akan menjawa ‘Absolutely no!‘ yang artinya tentu saja tidak. Dan apabila orang jamaah dari suku Jawa ditanya demmikian, pasti akan menjawab ‚‘Nggih kula mbuten purun‘. Dan apabila orang Jamaah asal Arab ditanya demikian, pasti jawabnya laa yuriidu. (tidak mau)
Dan apabila ada orang kufur ditanya, ‘Apakah kalian mau mendapatkan siksa kubur?‘ bisa jadi mereka menjawab ‘Aku rak popo‘. Dengan kata lain mereka tidak paham atas pertanyaan yang diberikan, bahkan mereka itu memang bukan orang paham. Dan belum mendapatkan nikmat berupa hidayah dari Alloh SWT. Mereka juga tidak percaya ada kehidupan setelah mati, yaitu di alam kubur dan akhirat berupa surga dan neraka.
Saudara Jamaah sekalian, semoga kita semua tidak tergolong orang-orang kufur. Dan semoga kita semua termasuk golongan orang yang selalu mendapatkan curahan nikmat berupa hidayah.
Adapun yang kedua yaitu mengagungkan, Waman yuaddim sa aairolloha fainnahaa mintakowal kulube. Yang artinya dan barang siapa yang mengagungkan syair-syair Alloh maka sesungguhnya hal itu termasuk takwanya hati.
Contohnya kita mengagunggkan pada tanda-tandanya Alloh, yang termasuk syair alloh yaitu masjid, masjid tidak boleh dikotori, malah kita mengkotri itu namanya tidak mengagungkan. Selain itu juga Alquran, pada saat membawa Alquran tidak boleh semabrangan. Kita angkat dekat dengan dada jangan sampai ditenteng seperti membawa barang atau buku. Kemudian ada lagi mengagungkan syairnya Alloh yaitu ketika menaruh Alquran, itu tidak boleh berada di paling bawah, Alquran itu paling atas jangan sampai Alquran itu ditumpuk dengan buku ataupun hadist-hadist, itu namanya tidak mengagungkan syair Alloh.
Adapun yang ketiga yaitu mempersungguh, Walladiinajaa haduu finaa lanahdiyannahum subulana. Yang artinya Dan orang-orang yang mempersungguh di jalanku maka aku Alloh akan menunjukkan pada jalanku.
Mempersungguh itu banyak halnya, mulai dari kedisiplinan waktu, melaksanakan ibadah dan pengorbanan. Ketika mempersungguh dalam ibadah InsyaAlloh dalam beribadah kita akan khusyuk. Dan ketika mempersungguh dalam hal keduniawian pasti sesuatu yang kita kehendaki akan tercapai. Contohnya ketika ada seorang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi favorit.
Dan dalam mempersiapkan segala sesuatunya pastinya banyak cobaan, yaitu seperti tergoda untuk main twitter, facebook, PSan, nonton sinetron, bahkan diajak temannya untuk main di luar, pokoknya di situ banyak sekali rintangannya. Jika kita di situ itu mempersungguh, tetap berusaha, tidak tergoda dan tetap focus pada satu tujuan. Pastinya siswa tersebut mendapatkan perguruan tinggi yang diharapkan.  Tapi jika tidak mempersungguh, tidak mau berusaha, ya tidak akan mendapatkan apa yang diharapkannya. Itu contoh jika kita tidak mau mempersungguh. Pada intinya, jika kita mempersungguh sudah pasti kita akan memmeroleh apa yang kita cita-citakan.
Kemudian yang terakhir yaitu berdoa, Addua umukhul ibadah. Yang artinya Doa adalah otaknya ibadah.
Jika kita ingin selalu di dalam Hidayahnya Alloh dan dalam keimanan, ya kita harus berdoa. Sudah sangat jelas dalam dalil tersebut bahwa doa adalah otaknya ibadah. Jika diibaratkan dengan tubuh, otak merupakan pusat koordinasi tubuh. Apabila kita tidak memiliki otak, mana mungkin kita dapat beraktivitas seperti apa yang kita inginkan. Contohnya dalam hal duniawi saja, jika kita tidak memiliki otak, apakah kita bisa membaca Alquran, mengaji dan aktivitas lainnya? Tentu saja tidak. Apa lagi dengan doa, tanpa doa apakah kita bisa melaksanakan sholat 5 waktu? Jawabnya tidak. Karena di dalam sholat terkandung kumpulan doa, apa lagi sholat itu adalah ibadah wajib. Sungguh tanpa berdoa kita akan tergolong orang-orang kufur. Tanpa berdoa pula, kita akan tergolong orang-orang sombong. Dan Alloh sangat membeci orang yang sombong. Jadi, kesimpulannya pada saat kita mempunyai suatu cita-cita, keinginan ataupun harapan-harapan itu harus didoani, untuk apa? Supaya barokah dan apa yang kita inginkan dapat dikabulkan oleh Alloh dan tentunya diimbangi dengan usaha yang keras.
Itu lah contoh dari 4 tali keimanan yang dapat saya contohkan, tapi apa bila ingin dijabarkan itu akan banyak sekali.
Cukup sekian apa yang dapat saya sampaikan, apabila ada kekurangan dalam bertuturkata saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya hanyalah manusia yang tak luput dari dosa dan khilaf. Dan apabila ada lebihnya itu semata-mata rahmat dari Alloh SWT.
Wabilahitofik wal hidayah wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
#Semoga bermanfaat… Alhamdulillahi jaza kumullohu khoiroh
Terima kasih sudah berkomentar